3

Bisa jadi belum banyak yang tahu akan pesona wilayah paling timur Indonesia ini. Keterbatasan sarana transportasi dan mahalnya ongkos untuk menembus wilayah ini tidak menjadikan mudah setiap orang untuk berkunjung. Hollandia (nama yang diberikan untuk Papua pada masa pendudukan pemerinah Belanda) menyimpan berjuta pesona alam yang luar biasa indah. Ini menjadi potensi wisata yang bisa dikembangkan di Papua. Tidak salah jika kecantikannya ini akhirnya membawa seorang Ari Sihasale mengangkatnya dalam film berjudul Denias, Senandung di Atas Awan beberapa tahun lalu.

Jayapura, Papua, provinsi paling timur wilayah kepulauan Indonesia ini pernah menjadi saksi sejarah Perang Dunia II. Karena itu di beberapa lokasi dapat dijumpai sisa-sisa peninggalan Perang Dunia II ini berupa bangkai tank, kapal dan peralatan perang lainnya. Seperti tadi sudah dikemukakan, wilayah ini memang memiliki tempat-tempat yang mengasyikkan seperti pantai, sungai, laut, danau, gunung hingga adat dan budayanya yang mengundang decak kagum hingga ke manca negara. Ya, salah satu tempat wisata yang elok adalah pantai Base G (baca besji). Nama yang cukup aneh untuk sebuah pantai, kenapa Base G? Rupanya pantai ini dulu pernah dipakai sebagai salah satu Basis G (pusat logistik) oleh tentara sekutu pada masa Perang Dunia II.

2

Hamparan pasir putih yang lembut, deburan ombak yang tidak begitu tinggi dengan garis pantai yang panjang dan landai serta air yang membiru menjadi pemandangan yang indah di pantai ini. Pantai ini terletak di sebelah barat kota Jayapura, tidak memakan waktu lama dari pusat kota ditempuh dengan kendaraan pribadi. Pantai Base G ini terkenal masih alami, asli dengan keelokan pemandangan perpaduan dari hijaunya pepohonan yang rindang berpadu indah dengan hamparan pasir putih dan biru jernihnya air laut. Luar biasa! Tidak salah jika pantai ini seolah menjadi magnet yang mampu menarik perhatian masyarakat Jayapura untuk mengunjunginya. Pada hari libur atau saat-saat tertentu warga Jayapura berbondong-bondong berwisata kesini. Tapi jangan kaget jika hari Minggu pagi biasanya pantai ini cenderung sepi. Ya, soalnya sebagian besar warga Jayapura pada hari Minggu pagi masih beribadah di gereja. Nah, menjelang siang hingga puncaknya sore pantai ini bakal penuh pengunjung.

1

Seperti saya dengan beberapa kawan pagi itu menyempatkan diri meluncur ke pantai Base G. Benar saja tidak beberapa lama dari pusat kota Jayapura, saya disambut  suasana teduh, rindang dengan pepohonan yang tumbuh di sepanjang pinggir pantai. Tentu saja hal ini menyejukkan mata. Angin pantai menelusup diantara pepohonan sepoi-sepoi membelai tubuh menjadikan tempat ini ideal untuk beristirahat sejenak. Bukan hanya sejenak, bisa-bisa kita terkantuk-kantuk dibuatnya jika berlama-lama di bawah pepohonan ini. Suasana pagi itu masih sepi, belum ada pengunjung. Wah, luar biasa! Hamparan pasir putih seolah tak rela dibiarkan lama-lama begitu saja tanpa ada yang membelainya. Serta merta kami langsung menceburkan diri di air pantai yang begitu jernih. Puas berenang, sesaat istirahat rebahan di hamparan pasir yang lembut.

4

Ada yang menarik perhatian dimana ada bapak dengan beberapa anaknya sibuk memasang jaring ikan dari pinggir pantai hingga agak ketengah. Sementara anak-anak yang lain bermain dengan ban dipinggir pantai sambil sesekali berlarian menceburkan diri ke pantai. Lucu juga mencermati polah tingkah mereka. Aktifitas warga sekitar pantai mencari ikan ini turut mewarnai keindahan pantai Base G di pagi hari. Rasa penasaran membawa saya akhirnya berinteraksi dengan mereka. Mencari ikan menjadi rutinitas mereka tiap pagi. Hanya sekedar buat lauk pendamping sarapan mereka menjaring ikan, bukan untuk dijual. Mereka hidup dengan pola yang sederhana. Sagu sebagai makanan pokok tinggal tebang, ikan sebagai lauk tinggal jaring di pantai. Alam yang menghidupi mereka. Pantas, hanya menangkap beberapa ekor ikan saja buat mereka itu cukup. Ternyata pesona pantai ini bukan hanya memuaskan mata saja melainkan juga mampu menghidupi penduduk setempat. (Teks & Foto : Ristiyono)