“Kalau lagi hujan seperti ini, turis tidak banyak, cuma warga saja yang sering menyebrang di jembatan,” ungkap salah satu pedagang di ujung jembatan penyebrangan Menara Gentala Arasy. 2 hari hujan rintik-rintik di kota Jambi membuat aktivitas di wisata di Menara Gentala Arasy tidak seramai biasanya.
Dilintasi Sungai Batanghari, menara jam bernama Gentala Arasy ini memang jadi ikon wisata kota Jambi dan jadi destinasi wisata utama. Dibangun 2012 dan selesai dua tahun kemudian, menara setinggi 80 meter ini dilengkapi museum tentang sejarah awal mula kedatangan islam di Jambi.
Gentala ini singkatan dari genta dan tala yang artinya lonceng dan penyelaras serta arasy merupakan tempat tertinggi Allah SWT. Maknanya filosofis banget, langsung ingat sama Allah SWT Maha Besar.
Fungsinya tidak hanya sebagai tujuan wisata, jembatan penyebrangan khusus pejalan kaki dibangun berbarengan dengan Menara Gentala Arasy demi mengakomodasi kebutuhan warga sekitarnya. Bentuknya pun estetis dengan meliuk seperti huruf S dan ketika malam dilengkapi lampu warna-warni. “Dulu sepanjang jalur penyebrangan itu juga ada lampunya, tapi sekarang sudah mati,” ujar Andre, warga yang kebetulan sedang menyebrang jembatan.
Walau hujan rintik-rintik tetap banyak masyarakat yang berjalan kaki menyebrang dari Jambi Seberang menuju kota Jambi, untuk memulai aktivitasnya. Tapi bagi yang ingin menyebrang menggunakan kendaraan bermotor, disediakan transportasi angkutan sungai berupa kapal ketek sederhana bermesin satu yang akan mengantar menyebrangi Sungai Batanghari.
Denyut nadi perekonomian terus berjalan, peradaban terus berkembang di tepian Sungai Batanghari yang dulunya jadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Melayu dan Kerajaan Darmasraya.