Bangunan berbentuk unik itu bertengger gagah di atas bukit. Puncaknya menyembul di belantara puncak-puncak pepohonan nan hijau rindang. Orang menyebutnya “Gereja Ayam” yang menjadi salah satu destinasi favorit di Kota Magelang, Jawa Tengah.

Pagi itu udara di sekitar kawasan Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Magelang terasa cukup dingin. Kabut tipis masih menyelimuti perbukitan nan hijau. Ya, setelah menyaksikan pesona Candi Borobudur dari Punthuk Setumbu, perjalanan kami lanjutkan ke sebuah bangunan yang unik dan menjadi sangat terkenal saat dijadikan salah satu lokasi syuting film AADC2. Sebuah bangunan yang unik karena bentuknya mirip ayam sehingga masyarakat setempat mengenalnya sebagai Gereja Ayam.  Hanya 10 menit dengan kendaraan dari Punthuk Setumbu.

Untuk sampai ke bangunan ini kita harus berjalan kaki menanjak sekira 300 meter dari tempat parkir kendaraan. Namun, bila tidak mau jalan kaki bisa menyewa jip yang ada di parkiran. Tiket masuk Gereja Ayam yang sudah menjadi spot wisata ini bisa ditukar dengan singkong goreng ke petugas yang ada di dalam bangunan.

Bangunan yang diprakarsai oleh Daniel Alamsjah ini mulai dibangun pada 1992. Nama sebenarnya adalah Rumah Doa Bukit Rhema dan bentuknya bukan ayam, melainkan burung merpati dengan mahkota di kepalanya.

Dari luar bangunan ini memang unik diantara pepohonan hijau nan rimbun. Udara sejuk dan segar turut menyempurnakan kunjungan kami pagi itu. Kami pun masuk dan mendapati ruangan yang luas tanpa satupun tiang penyangga. Bangunan ini terdiri dari dua lantai yaitu lantai dasar dan bawah tanah. Jika di lantai dasar berupa ruang kosong yang luas, maka sangat berbeda saat kami masuk ke ruang bawah tanah. Di sini terdapat kamar-kamar kecil dan ruang lainnya yang dihubungkan oleh lorong-lorong sempit berdinding kasar dengan penerangan lampu temaram. Beberapa ruangan kecil tersebut dipakai sebagai ruang khusus doa. Meski tidak pengap karena udara mengalir cukup sempurna di ruang bawah tanah ini, menelusuri ruang demi ruang menjadi sensasi tersendiri.

Nah, yang menjadi tujuan utama setiap orang yang berkunjung ke sini adalah puncak mahkota di atas kepala merpati ini. Untuk mencapai puncak ini, kami menaiki anak tangga yang sempit dan cukup curam. Harus bergantian antara yang naik dan turun. Ada empat lantai untuk sampai puncaknya. Uniknya, dinding-dindingnya dihiasi dengan gambar-gambar mural yang berisi berbagai pesan moral.

Perlu sedikit berjuang untuk sampai bagian mahkotanya, karena harus melalui lubang berbentuk segiempat yang hanya cukup masuk satu badan orang dewasa. Usaha sampai puncak ini tidaklah sebanding dengan pemandangan indah yang dapat kami nikmati dari sini. Hamparan perbukitan hijau dan jika cuaca bagus dapat terlihat Candi Borobudur dengan jelas diantara pepohonan rimbun. Inginnya sih sedikit lama di atas sini, tapi karena daya tampung ruangannya hanya sekitar lima orang maka kami harus bergantian dengan pengunjung lain yang sudah antri di bawah.

Turun dari puncak mahkota, saya tertarik dengan coretan mural yang menghiasi sepanjang dinding bangunan. Mural yang indah sarat pesan moral ini sayang dilewatkan. Pesan-pesan seperti jauhi narkoba, pergaulan yang tidak baik, hingga pesan cinta tanah air tersaji begitu apik dan menarik dilihat. Dua lantai sendiri penuh mural ini. Puas menikmati coretan ini, kami terus menuju lantai dasar. Di ruangan yang begitu luas tanpa adanya tiang penyangga ini sangat cocok untuk bersantai dan duduk-duduk di deretan kursi yang tersedia. Udara dalam ruangan ini terasa sejuk.

Selama berkeliling di Gereja Ayam ini, rasa puas dan kagum terpatri dalam hati meski hanya sebentar bisa berada di puncak Gereja Ayam ini. Nyatanya langgam Gereja Ayam terngiang disepanjang jalan pulang. Enjoy your life!