Pesona pantai di Pulau Bali serasa tiada habisnya. Kali ini saya menyambangi Pantai Melasti, satu lagi ‘’surga’’ tersembunyi di Jalan Melasti, Banjar Kelod, tepatnya di Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan Badung. Tebing-tebing menjulang tinggi sebelum menuju pantai menyodorkan pemandangan nyaris serupa dengan yang bisa disaksikan saat perjalanan menuju Pantai Pandawa. Jika ada pembeda, jalur menuju Pantai Melasti justru lebih panjang dan berkelok-kelok. Pantai ini kerap dijadikan untuk upacara Melasti (berendam di laut guna menyucikan diri dalam menyambut tapa brata pada Hari Raya Nyepi).

TEBING BERKELOK

Dari Banyan Tree Hotel and Resort, tebing-tebing kapur putih menjulang tinggi telah menanti. Jalanan mengitari tebing meliuk indah bertekstur batuan kapur khas. Perlu diperhatikan, meski kondisi jalanan mulus, tanjakan serta turunannya curam. Jadi harus lebih hati-hati. Pastikan cek kondisi kendaraan sebelum memulai perjalanan.

Keindahan Pantai Melasti sudah bisa disaksikan dari ketinggian. Kelokan-kelokan memutari tebing kapur bersanding indah dengan air laut biru menghampar. Hampir keseluruhan pemandangan indah Pantai Melasti dan bukit-bukit kapurnya bisa ditatap dari ketinggian ini. Bagi pejalan kaki, terdapat pula tangga yang mengantarkan menuju puncak bukit agar bisa menikmati pemandangan luar biasa tersebut.

Tebing-tebing kapur berkelok itu setia menemani. Jalur yang dilewati berada di antara tebing karang menjulang. Pantainya pun langsung berbatasan dengan tebing karang tinggi yang dibentuk karang-karang kecil. Saking besarnya karang-karang di sini sehingga membentuk gua-gua kecil yang bisa dijadikan tempat berteduh.

Di jalur tersebut saya temui sejumlah pasangan, yang didominasi warga asing, berpose untuk pre-wedding. Panorama dikelilingi tebing kapur menciptakan suasana eksotis untuk latar sebuah foto. Bahkan, ada pasangan yang benar-benar melakukan photoshoot di tengah jalan guna menghasilkan latar tebing kapur yang simetris.

LAUTAN BIRU

Pantai Melasti memiliki lautan biru nan jernih, terlebih tampak begitu jelas jika dilihat dari ketinggian. Satu sisi lain lebih didominasi laut indah berpasir putih lembut. Tebing-tebing menjadi pembatas pantai. Gapura masuk yang dibentuk seperti pura menambah nuansa eksotis.

Pada sisi itu juga terdapat bukit kapur yang bisa dinaiki dengan kendaraan. Keindahan Pantai Melasti dari ketinggian kembali bisa dinikmati dari seberang sisi sebelumnya. Banyak aktivitas bisa dilakukan di sisi ini, mulai dari berjemur, berenang, hingga pre-wedding.

Pada siang hari air laut mengempas bebatuan yang tersusun di tepi pantai. Beberapa penjaja makanan dan minuman mengisi beberapa lahan kosong di sisi ini. Saya sempatkan beristirahat sejenak, berteduh dari terik matahari, sembari menikmati segar es kelapa muda.

ANJUNGAN

Pantai Melasti juga memiliki anjungan menjorok ke laut. Anjungan dibuat untuk memfasilitasi masyarakat setempat untuk melakukan ritual agama, seperti Upacara Melasti. Dengan anjungan tersebut, masyarakat lebih mudah melakukan nguyud ke tengah laut tanpa perlu naik perahu.

Di anjungan tersebut juga terdapat beberapa saung berukuran kecil serta satu berukuran besar. Di sekitarnya terdapat beberapa perahu bertulisan ‘’Desa Adat Ungasan’’. Dari anjungan saya sempat menyaksikan beberapa orang melakukan parasailing dari balik bukit kapur. Bisa dibayangkan, pemandangan dari atas sana tentu sangat cantik.

SORE HARI

Semakin sore, air laut kian surut. Rongga-rongga batu pembentuk kolam-kolam kecil terlihat. Nuansa hijau mulai mengisi tepi pantai. Banyak pengunjung memanfaatkan rongga tersebut untuk berendam. Ikan-ikan kecil tampak terperangkap dalam kolam kecil itu. Penduduk sekitar berjalan menyisiri rongga-rongga untuk menangkap ikan-ikan kecil.

Tiada lama berselang, mentari mulai kembali ke peraduan di balik barisan bukit di tepi pantai. Momen ini menjadi penanda, tiba masa saya meninggalkan Pantai Melasti beserta tebing-tebing kapur berkelok yang penuh pesona.