Dari puncak Gunung Prau, bentang keindahan itu nyata hadir depan mata. Gunung yang memiliki ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut ini adalah salah satu favorit pendaki pemula karena untuk menjejak puncaknya bisa ditempuh sekitar tiga jam perjalanan.

Gunung Prau yang terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, ini bagai magnet yang begitu kuat hingga kali ini saya bersama kawan-kawan memilihnya untuk menghabiskan akhir pekan. Walaupun dibilang sangat cocok bagi pendaki pemula, namun pesona Gunung Prau sangatlah luar biasa.

Bus pun membawa kami dari Jakarta menuju Terminal Wonosobo, Jawa Tengah, sekitar 12 jam perjalanan. Dari sini kami melanjutkan perjalanan dengan elf menuju Dieng.

PATAK BANTENG

Ada beberapa alternatif jalur pendakian Gunung Prau, yaitu melalui Kenjurang, Patak Banteng, dan Dieng. Patak Banteng menjadi pilihan kami karena memiliki rute terpendek, namun treknya paling menantang. Dan kondisi tersebut menjadi “bonus” bagi kami.

Sekitar jam setengah satu siang, kami bergegas menuju Patak Banteng. Puluhan anak tangga yang menanjak curam menjadi awal pendakian. Selanjutnya, tanjakan curam dengan trek berbatu serta berpasir harus dilalui sebelum mencapai pos 1 Sikut Dewo.

Dari situ, tanjakkan semakin curam. Namun pemandangan ladang warga yang terhampar di kedua sisi cukup menyejukkan mata. Dan karena ini adalah akhir pekan, kami menjumpai banyak pendaki lainnya. Tak perlu waktu lama dari pos 1, kami pun sampai di Pos 2 Canggal Walangan.

Rimbunnya pepohonan dapat menangkal teriknya matahari. Semilir angin dan udara dingin pun menambah kesejukkan bagi raga. Suasana tersebut cukup membantu kami saat menghadapi trek yang semakin menanjak hingga Pos 3 Cacingan.

Pendakian pun kian seru dengan trek yang semakin curam. Tidak ada lagi trek datar yang ditemui, yang ada semakin lama jalanan semakin miring. Tanjakan bertangga pun kian menambah keistimewaan trek Gunung Prau. Suasana semakin istimewa lagi dengan pemandangan keindahan Dieng dari ketinggian, mulai dari bentang areal pedesaan dan sawah berundak hingga Telaga Warna terlihat dari sini.

Selepas tanjakan yang menantang, Bunga-bunga daisy yang bermekaran menghampar bak permadani mengiringi perjalanan menuju puncak.

BUKIT TELETUBBIES

Sekitar pukul tiga sore, kami pun tiba di Bukit Teletubbies, puncak Gunung Prau. Keindahan bukit-bukit yang timbul tenggelam begitu menyegarkan mata. Tanpa membuang waktu, kami segera mendirikan tenda. Luasnya areal puncak Gunung Prau membuatnya dapat menampung banyak tenda.

Selanjutanya, tinggal menanti sunset. Lautan awan bergerak perlahan bergulungan ditemani rona senja langit mengikuti arah embusan angin. Eloknya pemandangan ini perlahan hilang seiring datangnya kabut mengiringi gerakan lautan awan.

Hari semakin gelap dan lampu-lampu tenda mulai menyala. Udara pun semakin dingin. Begitu dinginnya sampai sesekali tubuh merasakan tetesan air.

Saat tengah malam, kami pun disuguhi indahnya cahaya taburan bintang. Siluet Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing berselimut awan pun samar-samar terlihat.

CANTIKNYA SUNRISE

Sekitar jam lima pagi, ragam suara para pendaki telah menggema. Dan saat keluar tenda, saya pun langsung takjub. Langit Gunung Prau telah tersaput warna oranye. Kedua kaki pun melangkah mencari spot tepat untuk menikmati mentari yang hendak menyapa.

Di hadapan mata, bentang langit kian merona. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing menjulang gagah dengan lautan awan tebal di bawahnya. Lautan awan mengalir bagai sungai. Inilah saat yang dinanti-nantikan oleh para pendaki, sajian keindahan alam yang luar biasa.

Sekitar jam enam, cahaya matahari mulai berpendar membagi kehangatannya. Warna kekuningan mulai mengisi sebagian paras Gunung Sindoro dan Sumbing beserta lautan awannya yang terus mengalir. Gunung Merapi dan Merbabu pun dapat dilihat dari sini, namun tidak sedominan gunung kembar di depannya. Untuk ukuran gunung berketinggian 2.565mdpl, sajian alamnya termasuk sangat mengagumkan.

JALUR DIENG

Berbeda dengan jalur pendakian, kami memilih jalur Dieng untuk kembali. Jalur ini jauh lebih landai namun jaraknya lebih jauh. Tonjolan perbukitan mengawali jalur Dieng. Pemandangan kawasan Dieng dari ketinggian menjadi penyemangat yang menghibur.

Jalur menurunnya cukup curam, namun tidak seekstrem Patak Banteng. Trek tanah berdebu kami lalui dengan rileks. Sekitar tiga jam perjalanan dihabiskan untuk mencapai homestay dan bersiap kembali ke Jakarta.

Pesona lautan awan yang mengalir bagaikan sungai beserta puncak Sindoro dan Sumbing yang dilihat dari puncak Gunung Prau terus terpatri mengiringi perjalanan pulang ke Ibu Kota. Terimakasih Tuhan, atas anugerah kesempatan menikmati karya-Mu yang menakjubkan. Keindahan yang terus terbayang dan membuat kami ingin kembali lagi merasakan dan menyaksikannya.