Aceh, provinsi paling barat wilayah kepulauan Indonesia rupanya menyimpan beragam kuliner yang nikmat. Memang kurang afdol rasanya bila berkunjung ke suatu daerah tanpa berburu dan menikmati makanan khasnya. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia ini menyimpan kekayaan ragam kuliner. Masing-masing daerah memiliki makanan khas. Bisa jadi bahannya sama, tapi cara pengolahan dan bumbu-bumbunya berbeda. Contoh, tentu kita mengenal makanan yang disebut soto bukan? Nah, di Indonesia ini ada berbagai macam soto diantaranya soto Betawi, soto Madura, soto Lamongan, soto Kudus, soto Bangkong, soto Banjar, ada pula sroto Banyumas dan masih banyak lagi. Itu baru soto, jadi bisa kebanyang gimana kayanya ragam kuliner di Indonesia ini kan?
Kembali ke kuliner khas Aceh. Bagi kita yang pernah berkunjung ke kota ini pasti pernah mencicipi lezatnya mie Aceh. Apalagi mie kepitingnya yang hmmm…super lezat! Juga pasti pernah mencoba nikmatnya Ayam Tangkap, roti canai, ikan kayu, gulai Aceh, rujak Aceh dan penggemar kopi tidak bakal melewatkan nikmatnya kopi Aceh di Ulee Kareng. Nah, ini kali ke empat saya bertandang ke kota yang juga dijuluki Tanah Rencong pun juga dikenal sebagai Serambi Mekah. Sudah tentu seperti kunjungan sebelumnya, rugi rasanya bila melewatkan perburuan kuliner tuk memuaskan selera lidah.
Apalagi yang harus saya coba untuk kunjungan kali ini? Beruntung, salah seorang teman member informasi ada makanan yang nikmat yaitu Ungkot Paya. Wah, penasaran juga untuk segera mencicipinya! Untuk makanan satu ini saya disarankan mencari kedai yang letaknya cukup jauh dari pusat kota Banda Aceh. Tepatnya di desa Lam Lhom – Lhok Nga ke arah pantai Lampuuk. Rasa penasaran membawa saya segera meluncur ke sana, apalagi juga diingatkan untuk tidak terlambat karena bisa kehabisan. Wah, senikmat dan seramai apa sih tempat ini?
Tempatnya sederhana, sesederhana Hj. Zubaidah sang pemiliknya. Ya, kedai yang menjual Ungkot Paya (ikan air tawar) ini sudah buka sejak 30 tahun lalu. Hj. Zubaidah yang dibantu Zulkarnain, anaknya ini menyiapkan sendiri menu istimewa. Tiap hari buka jam 11 dan rata-rata Ungkot Paya habis jam 2 siang. Padahal dalam sehari bisa menghabiskan lebih dari 12 kilogram ikan. Ikan yang dipakai adalah ikan gabus. Benar saja, makanan masih proses dimasak sudah banyak pelanggan yang menunggu. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya makananpun terhidang di meja. Sepiring Ungkot Paya, berupa potongan ikan gabus yang dimasak dalam kuah santan mirip gulai. Rasa rempah yang kuat menambah nikmat makanan ini yang di dalamnya juga terdapat jantung pisang, batang dan bunga kecombrang, cabai hijau dan daun temurui. Daging ikan yang gurih benar-benar pas berpadu kuah santan dan wanginya bunga kecombrang membuat suapan demi suapan tak berhenti hingga semua yang di piring ludes. Ikan gabus yang ukuran kecil disajikan dengan cara digoreng garing sebagai lauk pendamping. Dan siang itu, segelas es buah pepaya serut dicampur cincau dan sirup menjadi penutup yang menyegarkan. Hmmm…yummy!