Majalengka memiliki destinasi wisata alam yang hits dan kekinian, namanya Bukit Panyaweuyan. Tempat ini menyajikan perkebunan daun bawang dengan tatanan tanah unik layaknya terasering yang memenuhi perbukitan di kaki Gunung Ciremai. Pesonanya menjadi magnet tersendiri bagi para traveller, baik lokal maupun mancanegara.
Pulau Dewata memang memiliki wisata terasering persawahan yang begitu memikat. Terutama di daerah Ubud, destinasi relaksasi kesohor di Kabupaten Gianyar dan Jatiluwih di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Namun, area persawahan di lahan curam rupanya bukan hanya kreasi masyarakat pegiat sistem pengairan subak di Bali.
Jawa Barat ternyata memiliki wisata terasering yang pesonanya tak kalah cantik. Bahkan layak bila disandingkan dengan terasering yang ada di Vietnam. Inilah yang menjadi alasan kuat menyambangi Bukit Panyaweuyan. Area perkebunan di Kabupaten Majalengka ini juga sering disebut Terasering Panyaweuyan atau Lembah Panyaweuyan.
Majalengka mungkin masih terasa asing dijadikan sebagai destinasi wisata. Namun, dengan keberadaan Terasering Panyaweuyan, tempat ini bisa menjadi pertimbangan destinasi liburan Anda selanjutnya.
Bukit Panyaweuyan berada tepat di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Kala itu, saya bersama teman-teman berangkat siang hari dari Jakarta. Tujuan kami menyaksikan pesona terasering kala matahari muncul dari peraduan.
Menempuh jalur darat dari Jakarta bisa melewati jalan tol Cikampek menuju tol Cipali, lalu keluar di gerbang tol Kertajati/Majalengka. Dari sana menyisakan sekitar 20 kilometer untuk sampai di pusat kota Kabupaten Majalengka. Total, butuh waktu sekitar 4-5 jam perjalanan untuk sampai tujuan.
Keesokan harinya, sekitar pukul 03.30 WIB, kami sudah bergegas menuju Bukit Panyaweuyan dari hotel tempat menginap di pusat kota Kabupaten Majalengka. Dari sana, kami harus menempuh jarak lebih kurang 20 kilometer. Jarak yang terbilang cukup dekat dari pusat kota. Tidak sampai 60 menit jika lancar. Jalanannya pun sudah bagus beraspal.
Beruntung, kami tiba saat suasana di sekitar masih gelap. Sebuah jalur yang sengaja dibuat layaknya anak tangga mengantar kami menuju puncak Bukit Panyaweuyan. Udara begitu sejuk, mengingat letaknya yang berada pada ketinggian lebih kurang 400 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Area ini masih termasuk kawasan kaki Gunung Ciremai. Semburat jingga perlahan memberi warna dan garis di langit gelap. Terasering perkebunan mulai tampak. Bukan padi, melainkan bawang. Kamera sudah siap untuk menangkap keindahan tempat ini.
Perkebunan daun bawang yang menghampar sangat luas, dengan tatanan tanah unik laiknya terasering, menyelimuti seluruh perbukitan. Panorama yang sebenarnya juga bisa disaksikan dari lahan parkir. Bedanya, di puncak kita bisa melihat pemandangan seantero wilayah 360 derajat.
Di bagian barat, tersaji keindahan lembah hijau Cilongkrang yang menyegarkan mata. Gunung Ciremai begitu gagah berdiri di sebelah timur, ditemani permukiman penduduk dan pesona teraseringnya.
Sistem terasering Panyaweuyan mirip sistem terasering sawah, Tertata rapi mengikuti alur permukaan bukit yang terlihat bertumpuk teratur, dengan gradasi hijau tanaman daun bawang mengikuti kontur perbukitan yang meliuk.
Sejauh mata memandang, tersaji hamparan bukit hijau yang indah. Jika beruntung, akan tersaji kabut yang menyelimuti bukit tanpa menghalangi tatapan menuju terasering. Beberapa saat kemudian, cahaya matahari menelisik di balik bukit. Nuansa keemasan mulai menerangi perkebunan dengan perlahan.
Siluet hijau keemasan tatanan daun bawang menambah romantisme mendalam dari sajian alam Terasering Panyaweuyan ini. Inilah momen paling cantik yang bisa disaksikan di Bukit Panyaweuyan, justru bukan saat matahari terbit.
Tatanan tanah berundak yang ditumbuhi daun bawang memperlihatkan garis-garis pola teratur. Tekstur teraseringnya yang miring dapat meminimalisasi longsor dan mempermudah proses penyerapan air pada tanaman. Selain daun bawang, lahan di sini ditumbuhi bawang merah, padi, dan umbi-umbian.
Selain itu, seiring munculnya sinar mentari, akan terlihat para petani yang bekerja di tengah-tengah kebun. Ini tentu saja semakin menyempurnakan foto yang diambil. Bila sudah tiba waktu turun dari puncak bukit, kami dapat mengeksplorasi lebih banyak keindahan Bukit Panyaweuyan sepanjang perjalanan pulang.
Pada saat yang sama, kami pun bisa berinteraksi dengan para petani yang sedang beraktivitas. Termasuk menelusuri kebun daun bawang tersebut melalui jalan setapak yang sudah disediakan penduduk setempat, mulai dari menyiram hingga yang memetik panennya.